LAPORAN
KIMIA
KOLOID
(DONAT)
Kelompok
1
Achmad
Kurnia
Diana
Rahayu
Jordan
Cristian
Nickita
Christiani
Rizal
Julfahmi
Sabrina
Alfrianti
Sherly
Apriyana
XII
IPA 3
DINAS
PENDIDIKAN KOTA BANDUNG
SMA
NEGERI 6 BANDUNG
Jalan
Pasirkaliki N0.51 Telp.6011309 Bandung 40172
TAHUN
AJARAN 2013-2014
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena atas rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
ini.
Laporan ini kami buat untuk memenuhi nilai ujian
praktek mata pelajaran KIMIA dan untuk menambah wawasan tentang materi yang
kami teliti, sehingga menimbulkan motivasi bagi kami.
Sumber laporan kami berasal dari buku-buku yang telah kami
baca dan internet. Dalam penulisan laporan ini banyak kendala yang kami temui namun kami
dapat melaluinya dan menyelesaikan laporan ini tepat waktu.
Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1)
Allah SWT
2)
Orang Tua
3)
Ibu Kuswati, S.Pd selaku
pembimbing dan guru mata pelajaran Kimia
4)
Kelompok 1
5)
Teman-teman XII IPA 3
Kami mengakui
bahwa kami hanyalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal
yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna, begitu pula dengan laporan ini
yang telah kami selesaikan.
Maka
dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan
kekurangan, kami tentunya sangat membutuhkan saran, petunjuk, maupun kritik
dari pembaca yang budiman sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki tugas kami
di masa mendatang, sehingga tugas yang selanjutnya dapat terselesaikan dengan
hasil yang lebih baik.
·
Untuk mengetahui sistem dan sifat koloid
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari(pembuatan
donat)
·
Untuk mengetahui cara pembuatan donat secara
home made
·
Mengetahui hasil fermentasi ragi pada donat
3.1 Hari dan Tanggal :
Senin, 25 Februari 2014
3.3 Tempat : Rumah Rizal di Kopo
·
Wadah
·
Wajan
·
Spatula
·
500 gram tepung terigu protein tinggi
·
50 gram gula pasir
·
11 gram fermipan
·
1 sdt garam
·
1 sdm susu bubuk
·
50 gram margarine
·
200 ml air es
·
1 butir telur ayam
·
Minyak goreng
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara
dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium
pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan heterogen terdapat
sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan
homogen menjadi heterogen.
Campuran homogen adalah
campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut,
contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah
campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya
air dan minyak, kemudian pasir dan semen.
Ukuran partikel koloid
berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang,
lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah
adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan
(air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones,
hairspray, jelly, dll.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam.
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel
– partikel kecil padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas.
Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan dikocok dengan kuat; Apabila
campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan mengendap ke
bawah.
Ciri – cirinya:
1. Larutan (Dispersi Molekuler)
·
1 fase
·
jernih
·
homogen
·
diameter
partikel: <1 nm
·
tidak
dapat disaring
·
tidak
memisah jika didiamkan
2. Koloid (Dispersi Koloid)
·
2 fase
·
keruh
·
antara homogen
dengan heterogen
·
diameter
partikel: 1 nm<d<100 nm
·
tidak
dapat disaring dengan penyaring biasa, melainkan dengan penyaring ultra
·
tidak
memisahkan jika didiamkan
3. Suspensi (Dispersi Kasar)
·
2 fase
·
keruh
·
heterogen
·
diameter
partikel: >100 nm
·
dapat disaring
dengan kertas saring biasa
·
memisah
jika didiamka
Koloid merupakan suatu
sistem campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan memisah setelah
waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil. Di
dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
·
Zat
terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
·
Zat
pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
1.
Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang
terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat
padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair,
disebut aerosol cair.
Contoh aerosol padat : asap dan debu dalam udara.
Contoh aerosol cair : kabut dan awan
Saat ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol
seperti semprot rambut (hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot,
dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong
(propelan aerosol). Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa
klorofluorokarbon ( CFC ) dan karbon dioksida.
2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi
dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita temui dalam kehidupan
sehari-hari maupundalam industri.
Contoh sol : air sungai ( sol dari lempung dalam air
), sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis dan cat ( Keenan, 1984 )
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat
cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis zat
cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan kedalam dua bagian,
yaitu emulsi minyak dalam air ( M / A ) atau emulsi air dalam minyak ( A / M ).
Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak
bercampur dengan air.
Contoh emulsi minyak dalam air ( M / A ) : santan,
susu dan lateks.
Contoh emulsi air dalam minyak ( A / M ) : mayonaise,
minyak bumi dan minyak ikan. ( Keenan, 1984 )
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair
disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan
zat pembuih, misalnya sabun, detergen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan
mengalirkan suatu gas kedalam zat cair yang mangandung pembuih. ( Keenan, 1984
)
5. Gel
Koloid yang setengah kaku ( antara padat dan cair )
disebut gel. Contoh : agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel
silica. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi
medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat.
1.
Efek
Tyndall
Pernah kita amati cahaya dihamburkan oleh
partikel-partekil debu bila seberkas cahaya matahari memasuki suatu kamar
gelap, lewat pintu yang terbuka sedikit atau lewat suatu celah. Partikel debu,
banyak diantaranya terlalu kecil untuk dilihat, akan nampak sebagai titik-titik
terang dalam suatu berkas cahaya. Bila partikel itu memang berukuran koloid,
partikel itu sendiri tidak nampak; yang terlihat ialah cahaya yang dihamburkan
oleh mereka. Hamburan cahaya itu disebut efek tyndall. Ini disebabkan
oleh fakta bahwa partikel kecil menghamburkan cahaya dalam segala arah.
Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan dispersi
koloid dan suatu larutan biasa, karena atom, molekul, ataupun muaatan yang berbeda
dalam suatu larutan tidak menghamburkan cahaya secara jelas dalam contoh-contoh
yang tebalnya tak seberapa. Penghamburan cahaya tyndall dapat menjelaskan
betapa buramnya dispersi koloid. Misalnya, meskipun baik minyak zaitun maupun
air itu tembus cahaya, dispersi koloid dari kedua zat ini nampak seperti susu.
2. Gerak
Brown
Jika suatu mikroskop optis difokuska pada suatu
dispersi koloid pada arah yang tegak lurus pada berkas cahaya dan dengan latar
belakang gelap, akan nampak partikel-partikel koloid, bukan sebagai partikel
dengan batas yang jelas, melainkan sebagai bintik yang berkilauan. Dengan
mengikuti bintik-bintik cahaya yang dipantulkan ini, orang dapat melihat bahwa
partikel koloid yang terdispersi ini bergerak terus-menerus secara acak menurut
jalan yang berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium
pendispersi ini disebut gerakan brown, menurut nama seorang ahli botani
Inggris, Robert Brown, yang mempelajarinya dalam tahun 1827.
3. Adsorpsi
Materi dalam keadaan koloid mempunyai luas permukaan
yang sangat besar. Pada permukaan partikel terdapat gaya van der waals yang
belum terimbangi atau bahkan gaya valensi yang dapat menarik dan mengikat
atom-atom (molekul-molekul) dari zat asing. Adhesi zat-zat asing ini pada
permukaan suatu partikel disebut adsorpsi. Zat-zat teradsorpsi terikat dengan
kuat dalam lapisan-lapisan yang biasanya tebalnya tidak lebih dari satu atau
dua molekul. Banyaknya zat asing yang dapat diadsorpsi bergantung pada luasnya permukaan
yang tersingkap. Meskipun adsopsi merupakan suatu gejala umum dari zat padat,
adsorpsi ini teristimewa efisiensinya dengan materi koloid yang disebabkan oleh
besarnya luas permukaan itu. Sifat adsorpsi dari koloid ini digunakan dalam
berbagai proses, antara lain sebagai berikut.
a. Pemutihan
Gula Tebu
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian
dialirkan melalui tanah diatomae dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula
akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih.
b. Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif
Norit didalam usus norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas
atau zat racun.
c. Penjernihan
Air
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan
menambahkan tawas atau aluminium sulfat. Didalam air, aluminium sulfat
terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid
Al(OH)3 ini dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat pencemar
dalam air.
4. Koagulasi
Telah disebutkan bahwa koloid distabilkan oleh
muatannya. apabila muatan koloid dilucuti maka kestabilan akan berkurang dan
dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat
terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan kedalam sistem
koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama kedalam sel elektroforesis
maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid
yang bermuatan negatif akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang
bermuatan positif digumpalkan di katode.
Beberapa
contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri:
1. Pembentukan
delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat ( lempung ) dalam air
sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air.
2. Karet dalam
lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
3. Lumpur koloidal
dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat
dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan oleh Al3+ dari
tawas ( aluminium sulfat )
4. Asap atau debu
dari pabrik / industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik.
5. Koloid
Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan.
Misalnya, koagulasi lateks. Dilain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak
rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan mmenambahkan koloid lain yang
disebut koloid pelindung. Koloid pelindung akan membungkus partikel zat
terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh :
1. pada pembuatan
es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukkan kristal besar es atau
gula.
2. Cat dan tinta
dapat bertahan karena menggunakan suatu koloid pelindung.
3. Zat-zat
pengemulsi, seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung.
6. Dialisis
Pemisahan muatan dari koloid dengan difusi lewat
pori-pori suatu selaput semipermeabel disebut dialisis. Pori-pori itu biasanya
berdiameterkurang dari 10 Ã… dan membiarkan lewatnya molekul air dan
muatan-muatan kecil. Selaput hewani alamiah, kertas perkamen, selofan dan
beberapa plastic sintetik merupakan bahan selaput yang sesuai.
Partikel-partikel yang melewati membran agaknya berlaku demikian tidak sekedar
berdasarkan difusi acak. Mereka teradsorpsi pada permukaan membran dan bergerak
dari letak ( site ) adsorben yang satu ke yang lain pada waktu mereka bergerak
melewati pori-pori itu. ( Oxtoby, 2001)
D. Larutan
koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu :
1. Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel – partikel
halus ( molekuler ) menjadi partikel yang lebih besar. Pembuatan koloid dengan
cara ini dilakukan melalui :
a. Cara
Kimia
Partikel koloid dibentuk melalui reaksi – reaksi
kimia, seperti reaksi hidrolisis, reaksi reduksi oksidasi, atau reaksi
subtitusi.
a. Hidrolisis
: Merupakan reaksi suatu zat dengan air
b. Reaksi Redoks :
Merupakan reaksi yang disertai perubahan biloks
c. Reaksi
Subtitusi : Merupakan reaksi penggantian
b. Cara Fisika
Dilakukan dengan jalan menurutkan kelarutan dari zat terlarut,
yaitu dengan jalan pendinginan atau mengubah pelarut sehingga terbentuk satu
sol koloid.
2.
Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan
pemecahan partikel – partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus/lebih
kecil dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga
listrik ( listrik busur breding ).
a. Cara
Mekanik
Dengan cara ini butir – butir kasar digerus dengan
lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu
kemudian diaduk dengan medium dispersi.Contoh : Sol belerang dibuat dengan
menggerus serbuk belerang bersama – sama dengan suatu zat inert (seperti gula
pasir ) kemudian mencampur serbuk halus dengan air
b. Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah membuat
koloid dari butir – butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu
zat pemeptisasi ( pemecahan ). Contoh : Agar – agar dipeptisasi oleh air,
nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin dan lain – lain. (Oxtoby, 2001)
1.
Mencampurkan terigu, gula pasir, fermipan, susu
bubuk serta garam.
2.
Mengaduk bahan tersebut sambil menuangkan air es
sedikit demi sedikit sampai rata.
3.
Sesudah itu memasukkan 1 butir
telur serta margarine. Menguleni adonan hingga kalis.
4.
Membulatkan adonan, sesudah itu diamkan (
simpan ) selama kurang lebih 60
menit hingga adonan tadi mengembang menjadi 2x tambah
besar.
5.
Mengambil adonan serta timbang masing
masing seberat 30 gram.
6.
Membentuk adonan yang sudah ditimbang
30 gram tersebut layaknya bola.
7.
Seterusnya cetak dengan cetakan donat atau cukup dilubangi
sisi tengahnya saja.
8.
Diamkan adonan sepanjang 20 menit
lagi.
9.
Sambil menunggu adonan mengembang, panaskan minyak
untuk mempersiapkan donat akan digoreng.
10. Menggoreng
donat hingga berwarna coklat kekuningan.
11. Mengangkat donat
dari wajan lalu tiriskan.
Berdasarkan percobaan dalam pembuatan donat kami dapat
membuat hasil pengamatan yaitu :
·
Adonan
tepung yang mengembang yang ada fermipannya pada adonan tersebutmerupakn proses
fermentasi yang menghasilkan gas karbondioksida dan alkohol. Gas karbondioksida
itu dapat berguna untuk mengembangkan donat, sedangkan alkohol dibiarkan
menguap.
·
Apabila
adonan tersebut di oven, maka donat akan lebih mengembang dan ukurannya
membesar. Hal ini dikarenakan gas karbondioksida akan mengembang jika
temperaturnya tinggi.
Pembuatan donat merupakan bentuk lain dari pemanfaatan
proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur ragi (Saccharomyces sp).
dalam proses fermentasi.Saccharomyces sp merubah karbohidrat
menjadi karbondiokasida dan alkohol,Saccharomyces sp juga dapat
memfermentasikan maltosa secara cepat. Karbondioksida merupakan gas yang dapat
dilepaskan ke udara bebas. Di dalam sebuah adonan, gas yang dihasilkan dari
proses fermentasi oleh Saccharomyces sp terjebak oleh pekatnya
adonan tersebut, sehingga gas tersebut tidak dapat dilepaskan ke udara bebas.
Gas yang dihasilkan dari proses fermentasi ini dimanfaatkan untuk mengembangkan
adonan. Dengan pemanasan pada oven dengan suhu tinggi gas akan memuai, sehingga
adonan akan tambah mengembang. Pemanasan juga berfungsi untuk mematikan sel-sel
ragi.
Proses
fermentasi donat dilakukan untuk menghasilkan potongan roti yang porus dan
tekstur yang lembut. Metode ini didasarkan pada terbentuknya gas akibat proses
fermentasi sangat penting karena gas yang dihasilkan akan membentuk struktur
seperti busa, sehingga aliran panas ke dalam adonan dapat berlangsung cepat
pada saat baking. Panas yang masuk ke dalam adonan akan menyebabkan gas dan uap
air terdesak ke luar dari adonan, sementara terjadi proses gelatinisasi pati
sehinga terbentuk struktur seperti busa.
Selain hal tersebut, terbentunya alkohol dari proses
fermentasi juga dapat meberikan aroma khas pada adonan. Dengan demikian
pemberian Saccharomyces sp dalam pembuatan roti selain
berperan dalam mengembangkan adonan juga dapat menambah aroma, sehingga
meningkatkan cita rasa konsumen.
Selama proses
fermentasi selain dihasilkan gas CO2 juga dihasilkan asam – asam organik yang
menyebabkan penurunan pH adonan. Karena tingginya kapasitas penyangga protein
di dalam adonan, maka tingkat keasaman dapat ditentukan dengan menentukan total
asam adonan. Dengan demikian pengukuran pH mutlak diperlukan dalam pengendalian
proses.
Proses
fermentasi oleh ragi juga berhubungan dengan aktifitas enzim yang terdapat pada
ragi. Enzim yang terdapat pada ragi adalah invertase, maltase dan zymase. Gula
pasir atau sukrosa tidak difermentasi langsung oleh ragi.
·
Invertase mengubah
sukrosa menjadi invert sugar (glukosa dan fruktosa) yang difermentasi langsung
oleh ragi. Sukrosa dalam adonan akan diubah menjadi glukosa pada tahap
mixing.
·
Maltase mengubah matl
sugar atau maltosa yang ada pada malt syrup menjadi dekstrosa. Dekstrosa
difermentasi secara langsung oleh ragi.
·
Zymase mengubah
invert sugar dan dekstrosa menjadi gas karbondioksida yang akan menyebabkan
adonan mengembang dan terbentuk alkohol. Enzim zymase merupakan biokatalis yang
digunakan dalam proses pembuatan roti. Kompleks enzim zymase ini dapat mengubah
glukosa dan fruktosa menjadi CO2 dan alkohol. Penambahan enzim zymase dilakukan
pada proses peragian pengembangan roti. Ragi ditambahkan kedalam adonan roti
sehingga glukosa dakan adonan akan terurai menjadi etil alkohol dan karbon
dioksida. Proses penguraian ini berlangsung dengan bantuan enzim zymase yang
dihasilkan oleh ragi. Berikut ini reaksi penguraian yan terjadi akibat adanya
penambahan enzim zymase dalam adonan roti.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
kami lakukan, dapat kami simpulkan bahwa fermentasi menggunakan fermipan pada
donat, menghasilkan gas karbondioksida dan alkohol. Gas tersebut yang
menyebabkan adonan donat menjadi ngembang.
3 komentar:
cukae
daebak
ok
Posting Komentar